Contents
- 1 Iklan Itu Gak Sekadar Jualan, Tapi Bahasa Brand
- 2
- 3 Fungsi Iklan dalam Bangun Identitas Merek
- 4
- 5 Komunikasi Emosional Lewat Iklan, Efektif Banget!
- 6
- 7 Branding vs Promosi: Apa Bedanya di Dunia Iklan?
- 8
- 9 Studi Kasus: Iklan yang Jadi Bahasa Brand
- 10
- 11 Tips Bikin Iklan yang Ngomong ke Hati Konsumen
- 12
- 13
- 14
- 15 Kesimpulan: Iklan = Bahasa, Bukan Sekadar Ajakan
Iklan Itu Gak Sekadar Jualan, Tapi Bahasa Brand
Pernah nggak sih lo mikir, kenapa iklan sekarang makin berasa kayak curhatan daripada sekadar promosi? Yup, karena zaman udah berubah. Iklan bukan lagi cuma soal “beli sekarang juga!” tapi udah naik level jadi cara sebuah brand ngomong ke kita.
Iklan adalah bahasa brand, bro. Gak percaya? Coba lo lihat iklannya Apple. Mereka nggak ngomongin harga, spek, atau promo. Mereka cuma bilang: “Think Different.” Simpel, tapi maknanya dalam banget. Sama halnya kayak Gojek yang bilang “Pasti Ada Jalan.” Itu bukan sekadar tagline, tapi filosofi hidup dan cara mereka deketin audiens.
Tokopedia juga main di ranah ini. Iklannya sering banget ngebahas soal mimpi dan perjuangan UMKM, bukan cuma fitur belanja. Nah, ini bukti kuat bahwa iklan bukan sekadar promosi, tapi udah jadi media buat menyampaikan identitas dan nilai brand ke publik.
“Kalau brand bisa ngomong, iklan itu mulutnya.”
Fungsi Iklan dalam Bangun Identitas Merek
Banyak yang masih nganggep iklan itu buat jualan doang. Padahal, fungsi iklan dalam branding tuh gede banget. Iklan bisa jadi alat buat ngenalin siapa lo sebagai brand. Lo pengin brand lo terlihat serius, santai, lucu, atau mewah? Semua itu bisa dibentuk lewat gaya iklan lo.
Misalnya nih, iklan Durex dan Kopi Kenangan. Durex sering pake humor edgy yang bikin ketawa sambil mikir. Sementara Kopi Kenangan mainnya di drama romantis. Dua-duanya berhasil nunjukin kepribadian brand masing-masing, dan itu semua dimulai dari konsistensi dalam iklan.
Konsistensi visual juga penting banget. Warna, tone of voice, bahkan musik yang dipake di iklan semuanya ngasih sinyal ke otak audiens, “Oh ini brand A.” Inilah kenapa peran iklan dalam komunikasi merek nggak boleh diremehkan.
Komunikasi Emosional Lewat Iklan, Efektif Banget!
Kalau lo mikir iklan harus selalu logis dan to the point, fix lo harus nonton iklan Coca-Cola pas bulan puasa. Gak ada yang dijual langsung, tapi emosinya dapet banget. Senyum, kebersamaan, keluarga. Itulah yang disebut iklan emosional untuk brand awareness.
Brand yang jago mainin emosi bakal lebih diinget. Karena manusia itu makhluk emosional, bukan robot. Jadi, bikin iklan yang nyentuh hati bisa bikin audiens nempel lebih lama ke brand lo.
Tokopedia juga sering pake pendekatan ini. Ramadan Series mereka tiap tahun sukses bikin netizen mewek. Cerita-cerita kecil yang relate banget sama kehidupan nyata, dikemas dalam bentuk storytelling yang kuat.
“Emosi lebih lengket daripada logika.”
Branding vs Promosi: Apa Bedanya di Dunia Iklan?
Nah, ini nih yang sering kebalik: branding vs promosi. Iklan promosi itu yang modelnya “Diskon 50% hari ini!” — tujuannya cepet-cepet jualan. Tapi branding? Lebih ke jangka panjang. Kayak ngajak kenalan dulu, bikin nyaman, baru ngajak beli.
Iklan adalah bahasa brand, bukan sales talk semata. Brand gede kayak Nike lebih fokus ke cerita tentang semangat dan perjuangan. Mereka nggak pernah bilang “Sepatu kami diskon.” Tapi mereka bilang, “Just Do It.” Dan itu nempel terus di otak orang.
Jadi, penting buat ngebedain tujuan. Lo mau jualan sekarang atau bangun hubungan buat jangka panjang? Jawabannya ada di cara lo bikin iklan.
Studi Kasus: Iklan yang Jadi Bahasa Brand
Nike – “Just Do It”
Kalimat ini bukan cuma tagline. Itu semacam battle cry buat semua orang yang lagi ngerasa nggak percaya diri. Lewat iklan, Nike ngajarin kita buat terus maju, nggak peduli apa pun hambatannya. Ini bentuk nyata dari cara membangun brand lewat iklan yang kuat.
BCA – “Senantiasa di Sisi Anda”
Iklan BCA tuh adem banget. Gak heboh, gak norak. Tapi menyentuh dan terasa personal. Mereka selalu ngangkat kisah keseharian, yang deket sama nasabah. Ini bikin trust naik karena audiens merasa ditemani, bukan dipaksa beli produk bank.
J&T – “Express Your Online Business”
J&T tahu banget target market mereka adalah pelaku UMKM online. Iklannya selalu ngomongin solusi buat para pebisnis digital. Itu strategi branding yang tepat sasaran, dan membuat mereka langsung identik dengan pengiriman e-commerce.
Semua ini adalah contoh iklan yang membentuk persepsi kuat terhadap brand.
Tips Bikin Iklan yang Ngomong ke Hati Konsumen
Bikin iklan yang enak ditonton itu skill. Tapi bikin iklan yang “ngomong” ke hati, itu seni. Berikut beberapa tipsnya:
1. Pahami dulu siapa audiens lo
Gak bisa semua orang dilayanin dengan gaya yang sama. Kalau target lo Gen Z, ya bahasa lo harus relate. Kalo targetnya ibu rumah tangga, lo harus mainin sisi emosional keluarga.
2. Pilih tone of voice yang sesuai brand
Kalau brand lo playful, jangan tiba-tiba bikin iklan yang kaku. Konsistensi itu penting banget dalam fungsi iklan dalam branding.
3. Fokus ke manfaat emosional
Jangan cuma ngomong fitur. Tunjukin kenapa produk lo bisa bikin hidup mereka lebih baik, lebih mudah, atau lebih bahagia.
4. Ceritain, jangan jualan
Storytelling jauh lebih efektif daripada nyodorin produk mentah-mentah. Cerita yang bagus bisa bikin produk lo terasa punya makna.
“Brand yang didenger, adalah brand yang bisa cerita.”
Baca Juga: "Iklan Adalah: Pengertian, Jenis, dan Medianya"
Kesimpulan: Iklan = Bahasa, Bukan Sekadar Ajakan
So, sekarang udah jelas kan? Iklan adalah bahasa brand, bukan cuma ajakan beli. Lewat iklan, lo bisa ngajak ngobrol audiens, nyampein value, dan bikin mereka jatuh hati.
Brand yang sukses bukan cuma yang paling keras teriaknya, tapi yang paling enak diajak ngobrol. Jadi, yuk upgrade cara lo ngeliat iklan. Bukan cuma soal angka dan promo, tapi soal hubungan, rasa, dan pesan.
Karena di dunia yang penuh distraksi ini, brand yang bisa ngomong dengan jujur dan relevan adalah yang bakal terus didenger.
“Bukan soal seberapa sering lo muncul, tapi seberapa dalam lo nyentuh.”