Last updated on December 7
Kalau lo ngerasa iklan itu kayak “gacha” – kadang cuan, kadang boncos, kadang malah bikin kepala cenat-cenut—tenang, lo bukan satu-satunya. Banyak advertiser baru bahkan yang sudah lama main ads masih bingung kenapa campaign mereka performanya suka tiba-tiba turun, padahal minggu lalu stabil. Ada juga yang ngerasa budget habis tapi hasilnya entah kemana. Banyak yang mikir solusinya adalah menambah budget atau cari interest baru, padahal masalahnya ada di hal paling mendasar: struktur funnel yang salah.
Di digital marketing, struktur funnel itu ibarat rangka utama rumah. Lo bisa punya creative keren, copy yang persuasif, dan landing page super kece, tapi kalau fondasinya goyang, rumah tetap roboh. Begitu juga dengan ads. Tanpa funnel yang bener, ads lo bakal naik turun kayak grafik saham bodong.
Makanya, artikel ini bakal ngebahas tuntas tentang Full Funnel Ads Strategy dengan gaya gaul tapi tetap edukatif, lengkap, praktis, dan gampang dicerna. Karena ngiklan itu bukan soal tebak-tebakan, tapi soal sistem.
“Iklan yang kuat bukan yang paling rame, tapi yang paling rapi struktur funnel-nya.”
Contents
- 1 Kenapa Banyak Iklan Boncos?
- 2 Apa Itu Full Funnel Ads?
- 3 Menyusun Struktur Funnel yang Benar
- 4 Framework Testing yang Dipakai Advertiser Profesional
- 5 Struktur Campaign Ideal (Contoh Nyata)
- 6 Cara Scaling Campaign Tanpa Bikin Budget Jebol
- 7 Kesalahan Fatal dalam Full Funnel Ads
- 8 Tools Penting untuk Full Funnel Ads
- 9 Kesimpulan
Kenapa Banyak Iklan Boncos?
Sebelum masuk ke strategi, kita bahas dulu akar masalahnya. Kenapa sih banyak ads boncos? Jawabannya bukan cuma satu.
1. Mindset Salah: Iklan = Langsung Closing
Ini kesalahan klasik. Banyak orang berharap orang yang baru pertama kali lihat iklan langsung checkout. Padahal orang butuh warm-up dulu. User sekarang makin skeptis. Mereka butuh lihat brand beberapa kali sebelum percaya.
“First impression penting, tapi warm-up lebih penting.”
2. Tidak Mengikuti Customer Journey
Banyak advertiser cuma fokus bikin campaign tanpa mikirin journey audience dari awal sampai akhir. Padahal setiap level audience punya mindset dan kebutuhan berbeda. Ngasih hard-selling ke orang baru? Mereka cabut.
3. Data Ads Nggak Pernah Dibaca dengan Benar
CTR naik dianggap bagus, CPC turun dianggap mantap. Tapi kalau ROAS nol, bingung. Masalahnya, tiap KPI punya tempat berbeda. Nge-judge TOF pakai KPI BOF? Kelar sudah.
4. Creative Cepat “Burn Out” dan Tidak Ada Iterasi
Creative sekarang masa hidupnya pendek banget. Apalagi TikTok Ads. Kalau lo nggak siap rutin bikin creative baru, ya performa akan cepat mati.
"Perbedaan antara Kampanye, Ad Set, dan Ads di Meta Business"
Apa Itu Full Funnel Ads?
Full funnel ads adalah strategi ngiklan berdasarkan tingkat kesiapan audience. Simpelnya, lo nggak bisa ngajak nikah orang yang baru kenal 3 detik. Sama kaya iklan: lo nggak bisa langsung jualan ke orang yang baru pertama kali liat brand lo.
Ada tiga level funnel:
Top of Funnel (TOF)
Audience baru. Mereka belum kenal lo.
Middle of Funnel (MOF)
Audience yang sudah aware dan mulai tertarik.
Bottom of Funnel (BOF)
Audience yang sudah punya niat beli.
Tujuan strategi funnel ini cuma satu:
“Stabilitas + scalability + efisiensi budget.”
Menyusun Struktur Funnel yang Benar
Nah, ini bagian paling penting.
TOF – Boost Awareness & Interest
TOF adalah rumah orang-orang baru. Fokusnya bukan jualan, tapi bikin mereka peduli dan tertarik.
Yang perlu diperhatikan di TOF:
- Targeting luas (broad)
- Creative fokus ke hook kuat
- Storytelling ringan
- Konten yang fun, engaging, easy-to-watch
- Hindari hard selling
KPI TOF:
- CPM
- CTR
- View-through rate
- Kualitas trafik
TOF bukan closing. TOF itu magnet untuk menarik orang.
MOF – Edukasi, Trust, dan Nurturing
Di MOF, user sudah pernah lihat brand lo dan mulai ngerasa “kayaknya gue kenal ini”. Tugas lo adalah bikin mereka makin yakin.
Strategi MOF:
- kasih edukasi
- tunjukkan manfaat dan value
- jelasin USP
- bangun trust
KPI MOF:
- CPC
- Landing Page View
- Add to Cart
- Time on page
BOF – Intent & Conversion
BOF adalah fase sakral: ruangan buat closing. Audience di sini udah siap beli, tinggal lo trigger dengan tepat.
Strategi BOF:
- social proof
- urgency
- scarcity
- guarantee
- retargeting website visitor dan add to cart
KPI BOF:
- CPA
- ROAS
- Purchase
“Closing bukan soal maksa, tapi soal positioning.”
Framework Testing yang Dipakai Advertiser Profesional
Kerjaan advertiser itu 60% testing, 40% scaling.
Creative Testing
Creative adalah senjata utama di TikTok Ads, Meta Ads, bahkan YouTube.
Hal yang perlu di-test:
- Hook
- Angle
- Opening scene
- Durasi
- Format (UGC, direct talking, cinematic, POV)
- Caption & CTA
Creative fatigue makin cepat, jadi creative harus update tiap 5–7 hari (Tiktok) dan tiap 10–14 hari (Meta).
Audience Testing
Audience testing bukan cuma soal cari interest, tapi ngolah data audience.
Yang harus di-test:
- Broad audience
- Stacked interest
- Lookalike 1%–10%
- Retargeting: viewer 3s, 50%, 75%
- Engager 30 hari
- Website visitor
“Audience itu bukan dicari, tapi dibangun.”
Offer & Landing Page Testing
Ini bagian yang sering dilupain. Padahal offer itu salah satu faktor utama conversion.
Yang harus di-test:
- Headline
- CTA wording
- Harga
- Visual before–after
- Value stack
- Testimoni placement
- Form (dipendekin atau diperjelas)
Landing page lemot? Wassalam. Funnel lo ambruk.
Struktur Campaign Ideal (Contoh Nyata)
Contoh Struktur Meta Ads
TOF
- Broad
- 3–5 creative
- Video edukasi ringan, hook kuat
MOF
- Retarget video viewer
- Retarget engager
- Konten edukasi + value
BOF
- Retarget website visitor
- Retarget add to cart
- Hard selling
Contoh Struktur TikTok Ads
TOF
- Spark Ads & UGC
- Konten fun + solusi ringan
MOF
- Comparison content
- POV edukatif
- Soft selling
BOF
- Konten direct CTA
- Retarget LPV & ATC
Contoh Struktur Google Ads
Search = BOF
- Keyword niat tinggi
PMax = Hybrid
Display/YouTube = TOF
Google nggak pakai konsep “funnel visual”, tapi prinsipnya sama.
Cara Scaling Campaign Tanpa Bikin Budget Jebol
Scaling itu seni. Ada advertiser yang gagal scaling karena terlalu agresif.
Vertical Scaling
Naikkan anggaran bertahap 10–20% setiap 2–3 hari.
Jangan naik 100% sekaligus.
Horizontal Scaling
Cara aman:
- duplicate adset
- tambah creative baru
- tambah audiens baru
Scaling by Creative
Ini cara paling stabil, terutama di Meta & TikTok. Creative fresh = audience fresh.
Kapan Harus Kill, Hold, atau Scale?
Rule cepat:
- CPA > 3–5x target → kill
- CTR < 0.7% → creative jelek
- CPM tinggi → creative mismatch
- ROAS bagus stabil 3 hari → scale
“Scaling bukan menaikkan budget, tapi menaikkan peluang menang.”
Kesalahan Fatal dalam Full Funnel Ads
Ini kesalahan yang harus lo jauhi:
- Bikin terlalu banyak campaign padahal budget kecil
- Salah baca KPI
- Creative tidak konsisten update
- Gabung TOF dan BOF dalam satu adset
- Nggak punya sistem testing yang rapi
Tools Penting untuk Full Funnel Ads
Beberapa tools yang bakal ngebantu:
Creative Tools:
- CapCut
- Runway
- Midjourney
- Ads Creative Generator
Data Tools:
- Meta Ads Library
- TikTok Creative Center
- Google Analytics
- Looker Studio
Competitor Research:
- SimilarWeb
- SEMrush
- Ubersuggest
“Tools itu bantu, tapi strategi tetap yang menentukan.”
Kesimpulan
Kalau lo mau ads stabil, scalable, dan hemat budget, kuncinya ada di tiga hal:
- struktur funnel yang bener
- creative yang fresh
- keputusan berdasarkan data
Full Funnel Ads bukan teori rumit. Justru inilah strategi paling aman dan paling stabil buat iklan jangka panjang.
Dengan funnel rapi, creative kuat, testing terarah, dan scaling yang proper, ads lo bakal jauh lebih stabil dan nggak lagi main tebak-tebakan.
“Iklan bukan tentang hoki. Iklan adalah tentang struktur.”
