Branding vs Performance: Mana Nih yang Cocok Buat Brand lo?

Last updated on July 17

🔥 Lo Team Branding atau Team Performance? Yuk Bahas Santai!

Pernah kepikiran nggak sih, kenapa ada brand yang hobi banget bikin konten aesthetic dan story-rich, tapi nggak pernah keliatan jualan terang-terangan? Atau sebaliknya, brand yang isinya diskon melulu sampe feed-nya kayak katalog promo Indomaret? Nah, dua-duanya nggak salah, bro/sis. Itu cuma strategi beda: satu fokus ke branding, satu lagi ngincer hasil cepat alias performance.

“Branding bikin lo diingat. Performance bikin lo dibeli. Tapi… bisa nggak sih dua-duanya jalan bareng?” — semua marketer di 2025.

Di 2025 ini, algoritma makin canggih, ads makin mahal, dan konsumen makin cerewet. Jadi, penting banget buat lo tau: mana sih strategi yang paling cocok buat brand lo sekarang?

Yuk kita bedah dua pendekatan ini sambil santai kayak di tongkrongan ajaaa!….

Dipstrategy Digital Agency Jakarta Branding vs Performance Mana Nih yang Cocok Buat Brand lo


1. 📖 Branding vs Performance Itu Apa Sih? Biar Gak Asal Asalan

Branding tuh ibarat lo lagi PDKT. Lo ajak ngobrol, bikin ketawa, kasih vibes, bangun trust. Nggak langsung ngajak nikah (baca: jualan), tapi bikin orang inget dan nyaman.

Performance marketing? Itu langsung tembak aja. “Diskon 30% hari ini doang!” Targetnya jelas: klik, beli, konversi.

Ciri-ciri branding:

  • Konten storytelling, edukatif, emosional
  • Tujuannya: brand awareness, trust, loyal customer

Ciri-ciri performance:

  • Konten promo, CTA jelas, urgency tinggi
  • Tujuannya: sales, leads, traffic cepat

“Branding itu marathon, performance itu sprint. Tapi dua-duanya butuh latihan.”


2. 🔍 Tren 2025: Brand Lokal Makin Melek Positioning

Di era scroll cepet dan skip iklan, brand yang cuma ngandelin promo doang udah makin ketinggalan. Menurut data dari HubSpot, 64% konsumen sekarang lebih loyal ke brand yang punya story dan value, bukan cuma harga murah.

Brand-brand lokal mulai sadar: kalau pengen sustainable growth, branding nggak bisa di-skip. Tapi di sisi lain, lo juga butuh hasil cepat biar cashflow tetap jalan.

Jadi 2025 ini bukan soal milih satu. Tapi gimana caranya gabungin branding + performance jadi satu alur yang nyambung.

“Brand itu identitas. Performance itu engine. Kalau dipisah? Ya mogok.” 💀


3. 🧠 Kapan Lo Harus Fokus ke Branding Dulu?

  1. Brand lo baru lahir dan belum dikenal siapa-siapa.
  2. Market lo butuh trust tinggi (contoh: produk kesehatan, finansial, edukasi)
  3. Lo pengen long-term growth, bukan cuma rame 1-2 minggu.
  4. Lagi rebranding / positioning ulang.

Indikator lo butuh branding:

  • Orang susah nyebut/ingat nama brand lo
  • Banyak tanya, “ini brand apa ya?”
  • Akun IG/TikTok lo view tinggi tapi nggak ngefek ke DM / click

🎯 Goal branding: brand recall, top of mind, trust, mentions, brand search naik


4. ⚡ Kapan Harus Push Performance Habis-habisan?

  1. Lo lagi promo gede-gedean (11.11, flash sale, dll)
  2. Produk lo impulsif (F&B, fashion, aksesoris)
  3. Lo lagi kejar target bulanan / season
  4. Produk udah dikenal, tinggal scale-in ads

Indikator cocok performance:

  • Orang udah sering lihat brand lo
  • Follower banyak tapi sales stagnan
  • Lo punya promo unik + stok ready

🎯 Goal performance: sales, leads, ROAS tinggi, CAC turun

“Mau branding doang? Kantong bisa kering. Mau jualan doang? Brand lo cepat dilupakan.”


5. ⚖️ Bisa Gak Sih Mix Keduanya? Ini Nih Cara Balance-nya!

Jawabannya: bisa banget dong! Justru ini strategi yang paling oke.

Strategi full-funnel:

  • TOFU (Top of Funnel): konten branding (story, tips, behind the scene)
  • MOFU: edukasi + solusi (FAQ, keunggulan produk)
  • BOFU (Bottom): hard-selling + promo + CTA

Tools & platform:

  • Meta Ads: split antara reach campaign & conversion
  • TikTok Ads: mix viral content + spark ads + promo
  • Google PMax + YouTube: brand + direct traffic

“Konten viral bisa bikin lo dikenal. Konten jualan bisa bikin lo sustain. Kombinasi = cuan tahan lama.”


6. 📈 Studi Kasus Real: Brand yang Gabungin Dua Strategi Ini

Case 1: Brand Skincare Lokal

  • Minggu 1-2: edukasi soal ingredients di TikTok
  • Minggu 3: review & testimoni dari customer
  • Minggu 4: promo bundling + urgency ads
  • Hasil: CTR naik 300%, conversion rate tembus 4.2%

Case 2: Platform Edukasi Digital

  • Bikin serial konten edukatif di IG Reels
  • Retargeting ke viewer konten → ads trial gratis
  • Bangun komunitas → upsell produk premium

Pelajaran: storytelling dulu, trust dibangun, baru jualan lebih masuk akal.


7. 🎯 Jadi… Mana Nih yang Cocok Buat Brand lo?

Lo bisa mulai dari 3 tipe brand berikut ini:

  1. Brand baru? → fokus branding dulu
  2. Brand seasonal? → push performance kuat, branding buat jangka panjang
  3. Brand stabil? → wajib main dua kaki: awareness + action

Checklist pertanyaan:

  • Apakah orang kenal brand lo?
  • Bener ga sih konten lo ngasih value?
  • Apakah orang langsung beli pas lihat promo?

“Di 2025, brand paling dicari bukan yang paling murah. Tapi yang paling nyambung dan punya nilai.”


TL;DR: Branding vs Performance Summary Table

Aspek Branding Performance
Tujuan Trust, loyalitas, awareness Sales, leads, hasil cepat
Konten Story, edukasi, branding message CTA, diskon, urgency
Cocok untuk Brand baru, high-trust produk Promo, produk impulsif
Tools PR, storytelling, community Ads, analytics, funnel
Waktu hasil Jangka panjang Instan (tapi butuh sustain)

🚀 Closing Statement

Gak ada jawaban mutlak di dunia marketing. Yang ada cuma: lo udah tau tujuan lo apa belum? Kalau udah, baru lo bisa pilih jalur mana yang paling pas.

Punya brand tapi masih bingung cara scale-nya? Saatnya ngobrol sama digital strategist.

“Brand yang punya value + tahu cara jualan = unstoppable.”

Recent Post

Armand Surya Written by:

A super saiyan in disguise. Secretly study humanity as part of his counter intelligence work at Dipstrategy