Last updated on June 17
Mobile-first design adalah pendekatan dalam website design yang menempatkan versi mobile sebagai prioritas utama sebelum dikembangkan ke versi tablet dan desktop. Sejak pertama kali diperkenalkan, strategi ini telah menjadi standar industri dalam website development karena peningkatan pesat pengguna internet melalui perangkat mobile. Namun, di tahun 2025, muncul pertanyaan besar: apakah mobile-first design masih relevan, atau justru sudah mulai ditinggalkan?
Dalam artikel ini, kita akan membedah konsep mobile-first, mengevaluasi relevansinya saat ini, melihat pendekatan website design yang mulai menggantikannya, serta mendengar pendapat para pakar UX terkini.
Contents
Apa Itu Mobile-First Design?
Mobile-first design adalah filosofi website design di mana proses perancangan dimulai dari layar paling kecil (smartphone) dan berkembang ke layar yang lebih besar. Filosofi ini bertujuan memastikan bahwa tampilan website tetap optimal dan fungsional bahkan di perangkat dengan keterbatasan layar dan koneksi internet.
Pendekatan ini muncul sebagai respons terhadap perubahan perilaku pengguna yang semakin bergantung pada perangkat mobile untuk menjelajah internet. Google bahkan mengumumkan bahwa mereka mengutamakan “mobile-first indexing”, yang berarti versi mobile dari sebuah situs akan menjadi dasar utama untuk penilaian peringkat di hasil pencarian.
Kenapa Mobile-First Pernah Jadi Sangat Penting?
- Dominasi Mobile Traffic
Menurut data Statista, lebih dari 58% trafik global berasal dari perangkat mobile. Ini menjadi alasan utama banyak perusahaan mengadopsi desain mobile-first dalam website development mereka. - SEO dan Google Mobile-First Indexing
Sejak 2018, Google mulai menerapkan mobile-first indexing secara bertahap. Hal ini memaksa desainer dan developer untuk memprioritaskan performa dan usability versi mobile. - User Experience
Desain mobile cenderung lebih minimalis dan fokus, memaksa desainer untuk menyoroti konten yang benar-benar penting. Ini menghasilkan pengalaman pengguna yang lebih baik di berbagai platform. - Keterbatasan Mobile
Mobile-first memaksa efisiensi: konten diatur ulang, gambar dioptimasi, dan interaksi dibuat lebih intuitif untuk sentuhan jari, bukan klik mouse.
Baca Juga: "Strategi Timnas Ini Relevan Buat Digital Marketing Agency"
Apakah Mobile-First Masih Relevan di 2025?
Jawabannya: ya, tapi…
Mobile-first masih relevan, terutama untuk pasar negara berkembang di mana perangkat mobile sering kali menjadi satu-satunya sarana mengakses internet. Namun, pendekatan ini tidak lagi bisa berdiri sendiri dalam strategi website design modern.
Tantangan Baru:
- Perangkat Lipat & Multi-Display: Dengan hadirnya perangkat seperti Samsung Galaxy Fold atau Microsoft Surface Duo, konsep layout menjadi lebih kompleks.
- Wearable & Smart Device: Website kini juga harus bisa tampil dengan baik di smartwatch, smart TV, bahkan AR/VR.
- AI-Personalized Layout: Desain yang statis mulai digeser oleh desain yang bisa menyesuaikan berdasarkan kebiasaan pengguna.
Pendekatan Desain Baru yang Mulai Menggeser Mobile-First
- Context-First Design
Fokus pada konteks penggunaan: siapa penggunanya, di mana, dalam situasi apa, dan untuk tujuan apa. Misalnya, desain untuk pengguna kereta cepat akan berbeda dengan pengguna di rumah. - User-First Design
Mementingkan kebutuhan, emosi, dan perilaku pengguna di semua titik interaksi. Tidak hanya pada ukuran layar, tapi pada pengalaman menyeluruh. - AI-Responsive Design
Website yang mampu menyesuaikan diri secara otomatis berdasarkan preferensi user, riwayat penggunaan, atau bahkan cuaca dan waktu lokal. - Accessibility-First Design
Mendesain website dengan prioritas inklusi: dari pemilihan warna, ukuran teks, hingga navigasi keyboard dan pembaca layar untuk penyandang disabilitas.
Pendapat Para Pakar UX
“Mobile-first itu masih fondasi, tapi sekarang kita perlu membangun rumah yang bisa beradaptasi dengan iklim dan penghuni yang berbeda-beda.”
— Rani Kusuma, UX Strategist, ex-Tokopedia
“Sekarang kami bicara tentang experience-first. Perangkat hanya salah satu variabel dari sekian banyak yang mempengaruhi desain.”
— David Lee, Lead UX Designer, Shopify
“Bukan mobile-first, tapi context-aware-first. Website harus sadar kondisi, bukan cuma ukuran layar.”
— Nielsen Norman Group, dalam laporan tren UX 2025
Apa Artinya untuk Bisnis dan Developer?
- Pahami Audiensmu Secara Mendalam
Gunakan data analytic untuk melihat pola penggunaan lintas perangkat dan waktu. - Desain Fleksibel, Bukan Sekadar Responsif
Responsif artinya menyesuaikan layar. Fleksibel artinya menyesuaikan kebutuhan. Ini adalah esensi dari website design masa kini. - Prioritaskan Aksesibilitas dan Kecepatan
Google dan pengguna sama-sama menghargai website yang cepat, ringan, dan mudah diakses semua orang. - Pertimbangkan AI dan Personalisasi
Tambahkan elemen AI-based UI: konten rekomendasi, layout dinamis, atau pengaturan berdasarkan lokasi.
Kesimpulan
Mobile-first belum mati, tapi tidak lagi cukup. Di tahun 2025, pendekatan website design perlu lebih luas dan adaptif. Pendekatan seperti context-first, user-first, dan AI-responsive mulai menjadi standar baru dalam website development modern.
Untuk bisnis, desainer, dan developer, ini saatnya meng-upgrade strategi desain. Fokuslah bukan hanya pada ukuran layar, tapi pada pengalaman holistik yang kontekstual, personal, dan inklusif.
Tentang Penulis:
Artikel ini ditulis oleh tim UX & Website Development dari Dipstrategy, agensi digital yang telah menangani lebih dari 150 project website design lintas industri di Indonesia sejak 2010.
Referensi:
- Statista.com (2024)
- Google Webmaster Blog
- UX Collective & Nielsen Norman Group (2025 UX Trends Report)
- Studi internal Dipstrategy