Last updated on January 27
Pilpres yang baru lalu telah memunculkan dua kubu digital yang saling menyerang melalui para relawan maupun ‘relawan’-nya masing-masing.Yang paham akan segera menyadari bahwa lelakon di sosial media tersebut adalah bagian dari strategi marketing dari kedua kubu yang dikemas secara apik.
Sedemikian apiknya sehingga mampu memunculkan fans-fans fanatik yang sampai tulisan ini dibuat masih saja ‘berperang’ saling menyerang.
Pada dasarnya semua strategi marketing selain ditujukan untuk meningkatkan sales, juga akan mencoba untuk menciptakan fans-fans fanatik tersebut, yang dalam jangka panjang akan jadi pembela dari brand yang diwakili. Istilahnya public advocacy.
Ada pola umum yang dapat dijalankan dalam upaya membentuk hal tersebut.
1. Cari Kelompok yang Kecewa
Untuk dapat memiliki fans tentunya kita harus menjadi idola, atau dikondisikan sebagai idola. Cara yang paling umum adalah dengan menjadi ‘pahlawan bagi kaum yang tertindas’.
Carilah kelompok orang yang merasa dirugikan oleh sebuah masalah di lapangan (tentunya yang berhubungan dengan brand yg kita wakili). Misalnya kelompok orang yang memiliki masalah berat badan dan mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Kelompok ini akan tepat bagi, misalnya, sebuah produk daging olahan.
Berkicaulah tentang masalah tersebut dan buat kelompok tersebut merasa nyaman. Angkat isu tersebut sedemikian rupa sehingga menjadi hal penting untuk diperhatikan. Dengan bumbu kicauan yang tepat maka kita akan menjadi idola bagi kelompok kecil tersebut.
2. Cari Musuh Bersama
Musuh bersama adalah obyek yang dapat menyatukan kelompok tersebut. Dengan contoh diatas maka musuh bersama dapat berupa opini publik yang negatif terhadap mereka yang memiliki masalah berat badan.
Seranglah opini publik yang menyatakan bahwa cantik itu kurus. Bentuklah perlawanan terhadap mitos yang cenderung menyudutkan kelompok yang kita bela. Satukan kelompok yang kita wakili dalam persamaan tujuan, yaitu misalnya mengubah opini miring terhadap ukuran tubuh.
3. Buatlah Detonator
Detonator adalah pemicu sebuah ledakan. Jika beruntung, pemicu dapat diciptakan secara tidak sengaja oleh pihak lain, kita hanya perlu menunggu. Namun jika tidak ada, maka kita dapat menciptakan detonator kita sendiri.
4. Tambahkan Bensin ke Api yang Mulai Menyala
Bahasa gaulnya ‘ngomporin’. Mention pihak-pihak yang kita tahu sangat sensitif terhadap permasalahan ini. Buat mereka menoleh dan berkomentar terhadap permasalahan ini. Minta kelompok kita untuk juga memberikan komentar serta menyebarkan permasalahan ini.
Dalam skala yang berbeda, strategi tersebut akan menciptakan ledakan yang berbeda pula. Pastikan untuk menutupi jejak agar semua terlihat natural.
Tentunya akan sulit bagi brand untuk menyetujui strategi ini, karenanya seringkali hal ini masuk dalam kategori Black Ops. Strategi yang tujuan utamanya mengangkat strategi formal yang sedang dijalankan.
Gimana? Mau dicoba 🙂 ?