Iklan Meta & TikTok Rombak Aturan: Wajib Baca Buat Agency!

“Waduh, Meta & TikTok Ngapain Lagi Nih?”

Pernah nggak sih lo lagi enak-enaknya running campaign, performanya bagus, klien senyum-senyum, eh tiba-tiba semua metric jeblok tanpa aba-aba? Nah, kalau lo kerja di digital agency, pasti udah sering banget ngalamin momen “panik berjamaah” kayak gini. Dan kali ini, dua raksasa iklan digital—Meta dan TikTok—lagi-lagi bikin update besar yang sukses bikin banyak marketer geleng-geleng.

Tenang, ini bukan buat nakut-nakutin. Justru artikel ini bakal bantu lo biar lebih siap, nggak cuma jadi korban algoritma. Yuk, kita bedah satu-satu update-nya, dampaknya, dan yang paling penting: Gimana cara agency kayak lo bisa tetap cuan meskipun rules-nya berubah terus?

“Bukan platform-nya yang salah, tapi kita yang harus makin adaptif.”


Kenapa Update Meta & TikTok Ads Bikin Heboh?

Dua Raksasa Iklan Digital, Sekali Rombak, Semua Kena

Meta (Facebook, Instagram) dan TikTok adalah dua platform dengan user aktif bulanan terbanyak di dunia. Jadi, ketika mereka ubah sistem iklan, efeknya nggak main-main. Mulai dari targeting, tracking, sampai layout dashboard pun ikut berubah.

Meta sekarang makin ketat sama data privasi. Pixel tracking makin terbatas, dan fokusnya geser ke AI-based optimization. Sementara TikTok mulai ngerombak struktur audience-nya, dari yang awalnya interest-based jadi lebih behavior-driven.

Apa Sih yang Diubah? (Highlight Update Terbaru)

  • Meta Ads Update:
    • Lookalike audience makin sulit dibuat kalau datanya kurang.
    • Conversion API (CAPI) jadi keharusan, bukan opsi.
    • Automatic placements sekarang lebih agresif.
  • TikTok Ads Update:
    • Spark Ads sekarang bisa digabungin sama Branded Content Tags.
    • Attribution window dipersingkat (7 hari -> 3 hari default).
    • TikTok mulai push banget fitur Shopping Ads.

“Platform-nya evolve, strategi kita juga harus upgrade.”


Dampaknya Buat Agency & Klien

Campaign Berjalan Bisa Kocar-Kacir

Update ini bikin campaign yang tadinya stabil tiba-tiba drop performanya. Misalnya:

Contoh 1:

  • Klien A jalanin kampanye awareness pakai video carousel di Meta.
  • Setelah update, reach drop 40% karena audience-nya jadi kurang relevan.
  • Solusi: Ganti jadi Reels Ads + ganti copy yang lebih FOMO-driven.

Contoh 2:

  • Klien B pakai TikTok untuk promosi flash sale.
  • Attribution berubah, jadi banyak data penjualan nggak ter-track.
  • Solusi: Tambahkan UTM Tracking manual + push ke TikTok Shopping.

Klien Nanya Terus, Agency Pusing Jawabnya

Klien kadang mikir performa drop itu salah agency. Padahal ya, algoritma baru itu kayak ganti jalan tol dadakan. Makanya agency harus bisa edukasi klien dengan data:

  • “Kenapa ROAS minggu ini turun? Karena audience-nya berubah total.”
  • “Kenapa cost per lead naik? Karena behavior-based targeting TikTok beda cara bacanya.”

“Kalau klien panik, agency harus jadi penenang, bukan ikut panik.”


Strategi Bertahan Buat Agency

Adaptasi Cepat = Kunci Utama

Langkah awal yang harus agency ambil:

  • Join update webinar resmi: Meta Blueprint & TikTok Academy
  • Uji skala kecil sebelum deploy massive budget
  • Analisis ulang funnel campaign yang udah jalan

Contoh:

  • Klien skincare: split test antara interest-based vs behavior-based audience.
  • Hasilnya? Behavior-based audience di TikTok hasilkan CTR 20% lebih tinggi.

Revisi Funnel & Targeting

  • Copywriting harus disesuaikan dengan style algoritma baru.
    • Di TikTok: Konten lebih raw dan interaktif.
    • Di Meta: Visual harus bisa langsung grab attention dalam 3 detik pertama.
  • Jangan cuma pakai Lookalike. Sekarang, retargeting lebih efektif.

Contoh copy yang berhasil di TikTok:

  • “Lo masih pake sunscreen kayak gini? Seriusan?” → engagement naik 3x lipat.

Fokus di Data First-Party

Privacy rules bikin data makin terbatas. Jadi, bangun database internal itu wajib:

  • Kumpulin email dari form lead.
  • Sinkronisasi CRM ke dashboard Ads.
  • Gunakan data loyalty customer untuk targeting baru.

“Semakin banyak data lo punya sendiri, makin tangguh strategi lo.”


Tools & Resource Wajib Buat Agency

Platform Resmi yang Harus Diikuti

Tools Tambahan Biar Nggak Ketinggalan Zaman

  • Ads Library → Cek iklan kompetitor
  • AdEspresso → Split test iklan Meta
  • WhatRunsWhere → Analisis placement iklan kompetitor
  • Revealbot → Automasi rules campaign

“Tools itu bukan buat gaya-gayaan, tapi buat ngirit waktu dan biaya.”


Studi Kasus Singkat: Gagal atau Berhasil Setelah Update?

Brand A – CTR Turun 40%, Tapi Bounce Rate Ikut Anjlok

  • Iklan awareness brand minuman sehat.
  • Pakai video 30 detik tanpa subtitle di Meta.
  • Setelah update, CTR drop, tapi ternyata yang klik justru lebih tertarget (bounce rate turun 50%).
  • Insight: Bukan cuma CTR yang penting, kualitas traffic juga harus dibaca.

Brand B – Melejit Berkat Segmentasi Baru

  • Brand fashion lokal.
  • TikTok Ads pakai konten behind the scene.
  • Dengan behavior-based targeting, mereka nemu niche baru: orang yang sering nonton konten thrift.
  • Sales naik 2x lipat dalam 10 hari.

“Kadang performa naik bukan karena budget, tapi karena segmen lo pas.”


Kesimpulan: Siapa Cepat Dia Dapat

Jangan Tunggu Nyemplung, Mulai Cek Perubahannya Sekarang

Lo nggak harus jadi ahli TikTok atau Meta dulu buat survive. Tapi lo harus mau belajar terus, update terus, dan adaptasi terus.

Cuan Masih Ada, Asal Agency Nggak Kaku

  • Jangan terlalu kaku sama struktur campaign lama.
  • Berani eksperimen.
  • Banyakin A/B test dan kumpulin data sendiri.

“Yang paling adaptif, yang paling menang.”

"10 Dosa Konten yang Bikin Lo Gagal FYP. Gak Bakal Nyangka!"

Agency Lo Siap Adaptasi? Yuk, Ngobrol!

Jangan tunggu klien komplen duluan baru gerak. Mulai dari edukasi internal, upgrade strategi, dan siapin blueprint yang baru.

“Nggak ada strategi paling sempurna. Yang ada, strategi yang paling relevan hari ini.”

Kalau lo butuh brainstorming, audit, atau sekadar tukar insight seputar Meta dan TikTok Ads update terbaru, feel free buat ngobrol bareng tim kita. Gratis kok, nggak harus pitching.

 

Recent Post

Armand Surya Written by:

A super saiyan in disguise. Secretly study humanity as part of his counter intelligence work at Dipstrategy